Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi merupakan sarana pembentukan karakter Muslim yang bertakwa (Muttaqin). Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Dalam ayat ini, jelas bahwa tujuan utama puasa adalah membentuk ketakwaan. Salah satu indikator ketakwaan adalah memiliki akhlak yang luhur. Terdapat tiga ciri utama orang yang bertakwa yang dapat dilatih melalui puasa:
1. Semangat Berinfak
Seorang Muslim yang bertakwa selalu menyisihkan hartanya untuk berbagi, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sedekah tidak akan mengurangi harta. Dan tidaklah seseorang bersikap pemaaf melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)
Puasa mengajarkan kita untuk merasakan bagaimana rasanya lapar, sehingga menumbuhkan empati kepada mereka yang kurang mampu dan mendorong kita untuk lebih dermawan.
2. Menahan Amarah
Salah satu ujian terbesar dalam hidup adalah mengendalikan emosi, terutama saat lapar dan haus. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Bukanlah orang kuat itu yang menang dalam bergulat, tetapi orang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari & Muslim)
Dalam kondisi berpuasa, kita dilatih untuk tetap bersikap tenang dan tidak mudah terpancing emosi, sehingga mampu menjadi pribadi yang lebih sabar dan bijaksana.
3. Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Ketakwaan juga tercermin dalam kemampuan seseorang untuk memaafkan kesalahan orang lain. Allah SWT berfirman:
“…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran: 134)
Dengan berpuasa, kita belajar untuk mengendalikan diri, menahan dendam, dan lebih mudah memaafkan kesalahan sesama. Ini mempererat ukhuwah Islamiyah dan menciptakan masyarakat yang harmonis.
Kesimpulan
Puasa adalah latihan efisiensi, baik dalam aspek konsumsi maupun pengelolaan emosi. Kita diajarkan untuk menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, berbagi dengan sesama, serta menjadi pribadi yang lebih sabar dan pemaaf. Dengan demikian, puasa bukan hanya sekadar ibadah fisik, tetapi juga sarana untuk membentuk akhlak yang lebih baik dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Saat ini belum ada komentar